Minggu, 16 Oktober 2016

Orang Pintar akan Dikalahkan oleh Yang Beruntung

Beruntung. Adalah satu kata yang kadang dijadikan alasan kenapa kita masih bisa menjalani hidup dengan bahagia. Beruntung karena telah dilahirkan di sebuah keluarga yang menyenangkan, keluarga yang banyak memberi pelajaran hidup. Untukku pribadi, keluarga adalah tempat yang berkontribusi paling banyak dalam kehidupanku. Sebagian besar pengalaman hidup kudapat dari keluargaku sendiri. Aku tak bisa cerita banyak, tapi yang jelas hidupku tidak sebahagia yang terlihat tapi karena aku punya ibu yang luar biasa, aku bisa terus menjalani studiku dan masih berangan-angan agar dapat meraih gelar sarjana ekonomi.

Aku bukan ingin membahas sosok ibuku, tak perlu dijabarke semua anak pasti tau betul apa saja yang dilakukan ibunya agar bisa membuat anaknya bahagia. Aku ingin membahas betapa beruntungnya aku. Salah satunya memiliki ibu seperti dia yang cerewetnya luar biasa. Aku jadi tau darimana ‘judes’ku ini kudapatkan. FYI, hanya orang-orang terdekat yang bilang aku ini judes. Idk why but itu kenyataannya. Display name kontakku di hape mereka saja diganti jadi ‘Miss Judes’.  Tapi inti dari postingan kali ini lebih ke betapa beruntungnya proses awal pendekatan pada kitab yang harus kuselesaikan jika ingin meraih gelar sarjana.

orang yang paling berpengaruh dalam hidupku
Oke, jadi ceritanya aku adalah mahasiswa semester 7. Iya, kalo di kampus itu udah jadi kakak tertua. Aku ceritain sedikit proses untuk jadi sarjana di jurusanku ya. Jadi, kami harus mengajukan judul penelitian berikut proposalnya untuk dapetin dua dosen pembimbing. Setelah dapet dosen pembimbing, kami dapat mengkonsultasikan judul penelitian lebih lanjut. Setelah disetujui oleh kedua dosen tersebut, kami akan mengajukan proposal tersebut agar bisa diseminarkan. Kemudian akan keluar jadwal untuk melaksanakan ujian proposal berikut seminarnya. Setelah ujian proposal, pasti akan ada perbaikan proposal. Kami harus revisi sesuai keinginan penguji saat ujian dan setelah disetujui baru bisa memulai pembuatan skripsi. Terakhir, setelah skripsi selesai maka kami akan mengajukan permohonan untuk melaksanakan ujian komprehensif. Ujian terberat dunia perkuliahan, karena semua ilmu yang didapat selama kurang lebih tiga tahun kuliah akan kembali diujikan di sini. Di samping itu, kami juga harus menjelaskan hasil penelitian kami yang terdapat di skripsi.

Sebagai mahasiswa pejuang skripsi, aku baru sampe di tahap selesai ujian proposal. Nah aku ingin menceritakan betapa beruntungnya aku sejauh ini. Jadi awalnya saat mengajukan permohonan dosen pembimbing, kami harus menunggu paling cepat dua minggu. Sembari menunggu tersebarlah isu-isu kecil tentang siapa dapet dosen siapa. Gosipnya, dengan ipk ku sekarang, aku akan dapat dosbing yang killer. Aku udah cemas sekali saat itu. gugup menunggu SK yang sebenarnya yang bukan cuma gosip. Hari H, tepat 2 minggu SK ku keluar dan di sana tidak tertulis nama dosen yang ‘kucemaskan’ tadi melainkan dosen lain yang namanya masih asing tapi menurut cerita itu adalah dosen yang baik-baik. Benar saja, saat mulai bimbingan dosen-dosen ini sangat baik dan memang menjalankan tugasnya sebagai pembimbing.

Aku diberi masukan dan saran yang sangat membangun. Hanya butuh 4 kali pertemuan, masing-masing dosen hanya dua kali bertemu dan konsultasi aku sudah bisa mengajukan permohonan ujian proposal. Teman-teman langsung heboh. Belum sehari aku di ‘ACC’ hampir satu angkatan udah tau kalo ‘Tiyak udah mau sempro, njir!’ yaiyalah pada heboh karena rata-rata temen masih konsul judul dan malah ada yang belum dapet dosen pembimbing. Gak sedikit juga yang menunjukkan sisi iri yang negatifnya like ‘Alah, wajar bisa cepet gitu, dosennya enak’ ini bikin gemes banget loh ya. Gimana nggak, banyak yang dapet dosen jauh lebih ‘baik’ dan ‘enak’ dari aku tapi sampe sekarang belum di ACC judulnya. Untuk aku pribadi, mungkin karena kemauan mahasiswa itu sendiri. Asal kalian tau, untuk 4 kali pertemuan itu, aku hanya butuh waktu 1 minggu. Pertemuan pertama dengan dosen pertama itu hari Kamis, Sabtunya sudah menghadap lagi untuk mendengarkan apakah judul kami diterima atau tidaknya. Di saat temen-temen masih revisi, di hari Senin aku sudah menghubungi dosen ini lagi untuk konsultasi dan bertemu di hari Selasa. Keberuntunganku yang pertama, judul dan proposalku di ACC setelah aku menjelaskan isinya kurang lebih 5 menit kepada beliau dan beliau beranggapan bahwa aku udah paham sama proposalku dan yakin kalau memang aku yang membuatnya. Hari itu juga aku dapat catatan ‘Setuju Proposal’ di kertas konsul. Gak perlu nunggu lama, sorenya aku langsung menghadap dosen kedua dan dapat cukup banyak masukan yang membuatku harus revisi lagi. Dua hari aku lewati dengan sangat stres. Inget banget waktu itu bener-bener gak nafsu makan. Bahkan makanan favorit pun gak ketelen karena cuma fokus untuk menyelesaikan revisi.

Kamisnya, aku menghadap dosen keduaku lagi dan cukup banyak mendapat pertanyaan dengan konsul kurang lebih hampir 15 menit, aku mendapat catatan ‘Acc Proposal’ dari beliau. Jum’at dan Sabtu kugunakan untuk mendapatkan tanda tangan mereka di lembar persetujuan ujian seminar proposal. Senin kugunakan untuk revisi akhir dan Selasa berkas syarat-syarat untuk ujian proposal udah aku masukin ke bagian administrasi. See? Gak sampe 2 minggu. Kenapa bisa begitu, ya karena aku giat supaya bisa cepet kelar dan keberuntungan aku berikutnya, kedua dosenku mudah ditemui dan dengan senang hati, bahkan dosen pertama pernah bilang ‘kayaknya semangat banget baru dua hari udah ngadep lagi’ tuh kan, dosen itu sebenernya sangat memperhatikan kita, jadi ya sebisa kita untuk memanfaatkan situasi dan kondisi. Untuk teman-temanku yang sangat susah untuk menemui dosen pembimbingnya, terus semangat dan berhenti memasukkan kalimat ‘wajar lah aku lama, nemuin dosen aja susah’ ke mindset kalian. Karena menurutku ini malah ngurangin semangat. Harusnya itu dijadikan pacuan, karena gak cuma kalian, ada puluhan temen yang lagin yang juga sedang berjuang.

Kembali ke proses aku sendiri, aku cukup lama menunggu SK ujian proposalku keluar. Dua minggu kemudian aku menghadap dan ternyata SK ku sudah ada namun ditahan oleh akademik dengan alasan sebaiknya menunggu SK teman-teman yang lain dulu dan untuk bisa ujian setidaknya aku harus nunggu 5 teman lagi, dan pada saat itu aku butuh 2 minggu lagi untuk memenuhi kuota ujian proposalnya. Satu hari sebelum genap sebulan akhirnya SK ku diserahkan dan nama dosen penguji sempet bikin degdegan, jantungan, plus lemes. Ini dosen yang aku takutin untuk jadi pembimbing kemarin. Kayak emang jodoh gitu harus ketemu.

Singkatnya, setelah jadwal ujian keluar, aku harus nemuin dosen pembimbing dan dosen penguji tersebut untuk meminta kehadiran mereka. Keberuntunganku selanjutnya, kedua dosen pembimbingku bisa hadir dan dosen pengujiku ‘yang aku cemaskan’ tadi, tidak bisa hadir. Mau cerita sedikit waktu aku tau kalo dosen penguji ini gak bisa dateng. Jadi beliau adalah petinggi di kampusku, jadi jika ingin bertemu beliau, harus ke rektorat kampus utama di Indralaya yang butuh waktu kurang lebih satu jam dari kampusku. Setelah menemui dosen pembimbing pertamaku, aku berangkat ke Indralaya dan setelah tiba di depan ruang dosen penguji, tidak ada orang di dalam sana dan aku pun harus menunggu kurang lebih setengah jam sampai akhirnya muncul seorang staf. Aku jelaskan tujuanku datang ke sana dan ketika beliau bertanya kapan ujiannya dilaksanakan dan setelah aku menjawab ‘Hari Jum’at, Pak’ beliau langsung berkata ‘Wah kalo Jum’at Bapak (dosen pengujiku) mau berangkat ke NTB jadi kamu lapor ke jurusan ya minta diganti dosen pengujinya’ gak lama setelah bilang makasih ke bapak yang ngasih info ini, aku gak bisa nahan rasa lega dan seneng sampe saking girangnya jam tangan aku kelepas, melayang, jatuh, dan ternyata retak, pemirsa. Jadi aku kayak ‘yes yes’ gitu ngepelin tangan sambil digoyang-goyang. Kebanyang lah ya. Aku waktu itu gak sadar kalo jam tanganku emang posisinya udah hampir lepas jadi ya gitu. kalo gak percaya bisa liat foto ini, tuh backgroundnya masih di rektorat kampus Indralaya.

 tadinya mau dimasukin instagram stories tapi gak jadi karena mau rahasiain dulu dari temen-temen seperjuangan yang takut juga kalau beliau datang
Dua hari setelah itu, yaitu hari Jum’at, hari ujian proposalnya. Jadi sepanjang malem Jum’at sampe Jum’at siang (ujiannya jam 2 siang) aku susah banget buat menghapal materi sampe akhirnya bikin kopelan karena takut lupa dan masih banyak yang belum kuhapal di luar kepala. Siangnya saat berangkat ke kampus dan masuk ke ruang ujian sudah ada dua temanku dan 1 dosen pembimbing temenku tadi. Karena dosen pengganti untuk mengujiku akan ditetapkan saat ujian dibuka, maka aku sempat berharap semoga dosen inilah yang ditunjuk menjadi pengujiku. Kabarnya dosen ini merupakan dosen yang paling santai kalo nguji dan selama kita bisa jawab dia gak bakal bikin kita kesulitan. Keberuntungan buatku, harapanku terkabul karena pada saat itu dosen pembimbingku sudah datang. Jadi, mahasiswa yang akan diuji tersebut harus memiliki setidaknya satu dosen pembimbing yang hadir dan hanya aku yang saat itu sudah memenuhi syarat, dan saat dosen moderator berkata ‘Pak, ini Tutia pengujinya gak bisa datang, Bapak yang menggantikan ya?’ disitu aku kayak dapet rezeki nomplok. Harapanku terkabul dan aku jadi pembuka karena dipilih jadi yang pertama untuk seminar. Itu rasanya degdegan parah karena gak tau harus gimana yang bagusnya. Karena di awal dosen pembimbing ku udah kasih tau kalo cukup singkat saja aku pun gak terlalu banyak menjelaskan, hanya garis besarnya saja dan itu gak sampe dua menit.

Kemudian masuk sesi tanya jawab dosen pembimbingku sempet nanya karena beliau bilang dia lupa menanyakan ini saat masih konsultasi. Lalu setelah aku menjawab pertanyaannya beliau nyeletuk ke dosen pembimbing ku yang satunya kayak gini ‘Pak ini kan mahasiswa bimbingan kita, jadi harusnya gak usah lah ya diuji lagi, udah bagus kan ya pas bimbingan’ sambil cengengesan dan ini sukses bikin dosen yang dipilih jadi pengujiku tersenyum dan cuma memberiku dua pertanyaan. Jadi totalnya aku berdiri di depan mungkin hanya sekitar 5-7 menitan. Siang itu lagi-lagi aku merasa sangat beruntung, karena dapat dosen penguji pengganti yang baik dan dosen pembimbingku hadir semua dan memudahkan ujianku. FYI, di antara 7 orang yang ujian, hanya aku sendiri yang dosbingnya datang semua. Singkat cerita, aku cuma butuh sedikit revisi dan sampe sekarang belum kumulai karena mau istirahat bentar dari stresnya nungguin jadwal sempro dan cemasnya nungguin ujian dimulai.


Udah sih segitu aja, lumayan panjang ya postingan kali ini. Sebenernya pengen ngepost karena pengen banget share foto-foto kemaren. Kan gak enak kalo dibilang spam di instagram Hahaha. Instagram cuma nampung satu foto, itu aja satu foto komennya banyak sekali. 

Kloter pertama yang sempro dari angkatan 2013
cewek yang UP perdana! wkwkw
Yang kanan mau sempro juga, yang kiri masih berjuang di proposal! 
Mukanya bahagia banget loh ya. Mungkin karena saking leganya..

Ayangkuh, buruan kejer kami sempro dong ya!!

Nyusul ya biar cepet ngerasain hepinya! 

Yang mau sempro juga, semangat!!

Btw, ini pemilik baju yang aku pake. Iya itu baju minjem. wkwkw

Semangat cari objek ya emak kami :D biar cepet sempro jugak!

Selfie juga dongss 

+ mahasiswa bimbingan dosen yang hampir jadi penguji aku. Semangat terus ya!

Suka aja sama senyumnya hahaha
  
Yang di upload di instagram dong:)) Foto pertama yang komennya banyak banget ._.
dan yang paling istimewa, makasih buat bunganya kesayanganku :D


Well, this is end of my post. Terima kasih untuk semuanya yang udah bantuin proses ujian semproku. Semoga proses selanjutnya dilancarin biar target dapet toga berikut predikat "LULUS TERCEPAT DENGAN PUJIANNYA" bisa tercapai. Aamiin. Thank you for reading, yaa! Bye :))) 

4 komentar:

Jadilah blogwalker yg baik dan jangan jadi silent reader.. Berkomentarlah sebelum diharamkan.. No Spamming, No SARA. karena udah aku setting NO CAPTCHA :* (@tutiarahmi_)