Beruntung. Adalah satu kata yang
kadang dijadikan alasan kenapa kita masih bisa menjalani hidup dengan bahagia.
Beruntung karena telah dilahirkan di sebuah keluarga yang menyenangkan,
keluarga yang banyak memberi pelajaran hidup. Untukku pribadi, keluarga adalah
tempat yang berkontribusi paling banyak dalam kehidupanku. Sebagian besar
pengalaman hidup kudapat dari keluargaku sendiri. Aku tak bisa cerita banyak,
tapi yang jelas hidupku tidak sebahagia yang terlihat tapi karena aku punya ibu
yang luar biasa, aku bisa terus menjalani studiku dan masih berangan-angan agar
dapat meraih gelar sarjana ekonomi.
Aku bukan ingin membahas sosok
ibuku, tak perlu dijabarke semua anak pasti tau betul apa saja yang dilakukan
ibunya agar bisa membuat anaknya bahagia. Aku ingin membahas betapa
beruntungnya aku. Salah satunya memiliki ibu seperti dia yang cerewetnya luar
biasa. Aku jadi tau darimana ‘judes’ku ini kudapatkan. FYI, hanya orang-orang
terdekat yang bilang aku ini judes. Idk why but itu kenyataannya. Display name
kontakku di hape mereka saja diganti jadi ‘Miss Judes’. Tapi inti dari postingan kali ini lebih ke
betapa beruntungnya proses awal pendekatan pada kitab yang harus kuselesaikan
jika ingin meraih gelar sarjana.
 |
orang yang paling berpengaruh dalam hidupku |
Oke, jadi ceritanya aku adalah
mahasiswa semester 7. Iya, kalo di kampus itu udah jadi kakak tertua. Aku
ceritain sedikit proses untuk jadi sarjana di jurusanku ya. Jadi, kami harus
mengajukan judul penelitian berikut proposalnya untuk dapetin dua dosen
pembimbing. Setelah dapet dosen pembimbing, kami dapat mengkonsultasikan judul
penelitian lebih lanjut. Setelah disetujui oleh kedua dosen tersebut, kami akan
mengajukan proposal tersebut agar bisa diseminarkan. Kemudian akan keluar jadwal
untuk melaksanakan ujian proposal berikut seminarnya. Setelah ujian proposal,
pasti akan ada perbaikan proposal. Kami harus revisi sesuai keinginan penguji
saat ujian dan setelah disetujui baru bisa memulai pembuatan skripsi. Terakhir,
setelah skripsi selesai maka kami akan mengajukan permohonan untuk melaksanakan
ujian komprehensif. Ujian terberat dunia perkuliahan, karena semua ilmu yang
didapat selama kurang lebih tiga tahun kuliah akan kembali diujikan di sini. Di
samping itu, kami juga harus menjelaskan hasil penelitian kami yang terdapat di
skripsi.
Sebagai mahasiswa pejuang
skripsi, aku baru sampe di tahap selesai ujian proposal. Nah aku ingin
menceritakan betapa beruntungnya aku sejauh ini. Jadi awalnya saat mengajukan
permohonan dosen pembimbing, kami harus menunggu paling cepat dua minggu.
Sembari menunggu tersebarlah isu-isu kecil tentang siapa dapet dosen siapa.
Gosipnya, dengan ipk ku sekarang, aku akan dapat dosbing yang killer. Aku udah
cemas sekali saat itu. gugup menunggu SK yang sebenarnya yang bukan cuma gosip.
Hari H, tepat 2 minggu SK ku keluar dan di sana tidak tertulis nama dosen yang
‘kucemaskan’ tadi melainkan dosen lain yang namanya masih asing tapi menurut
cerita itu adalah dosen yang baik-baik. Benar saja, saat mulai bimbingan dosen-dosen
ini sangat baik dan memang menjalankan tugasnya sebagai pembimbing.
Aku diberi masukan dan saran yang
sangat membangun. Hanya butuh 4 kali pertemuan, masing-masing dosen hanya dua
kali bertemu dan konsultasi aku sudah bisa mengajukan permohonan ujian
proposal. Teman-teman langsung heboh. Belum sehari aku di ‘ACC’ hampir satu
angkatan udah tau kalo ‘Tiyak udah mau sempro, njir!’ yaiyalah pada heboh
karena rata-rata temen masih konsul judul dan malah ada yang belum dapet dosen
pembimbing. Gak sedikit juga yang menunjukkan sisi iri yang negatifnya like
‘Alah, wajar bisa cepet gitu, dosennya enak’ ini bikin gemes banget loh ya.
Gimana nggak, banyak yang dapet dosen jauh lebih ‘baik’ dan ‘enak’ dari aku
tapi sampe sekarang belum di ACC judulnya. Untuk aku pribadi, mungkin karena
kemauan mahasiswa itu sendiri. Asal kalian tau, untuk 4 kali pertemuan itu, aku
hanya butuh waktu 1 minggu. Pertemuan pertama dengan dosen pertama itu hari
Kamis, Sabtunya sudah menghadap lagi untuk mendengarkan apakah judul kami
diterima atau tidaknya. Di saat temen-temen masih revisi, di hari Senin aku
sudah menghubungi dosen ini lagi untuk konsultasi dan bertemu di hari Selasa.
Keberuntunganku yang pertama, judul dan proposalku di ACC setelah aku
menjelaskan isinya kurang lebih 5 menit kepada beliau dan beliau beranggapan
bahwa aku udah paham sama proposalku dan yakin kalau memang aku yang
membuatnya. Hari itu juga aku dapat catatan ‘Setuju Proposal’ di kertas konsul.
Gak perlu nunggu lama, sorenya aku langsung menghadap dosen kedua dan dapat
cukup banyak masukan yang membuatku harus revisi lagi. Dua hari aku lewati
dengan sangat stres. Inget banget waktu itu bener-bener gak nafsu makan. Bahkan
makanan favorit pun gak ketelen karena cuma fokus untuk menyelesaikan revisi.
Kamisnya, aku menghadap dosen
keduaku lagi dan cukup banyak mendapat pertanyaan dengan konsul kurang lebih
hampir 15 menit, aku mendapat catatan ‘Acc Proposal’ dari beliau. Jum’at dan
Sabtu kugunakan untuk mendapatkan tanda tangan mereka di lembar persetujuan ujian
seminar proposal. Senin kugunakan untuk revisi akhir dan Selasa berkas
syarat-syarat untuk ujian proposal udah aku masukin ke bagian administrasi.
See? Gak sampe 2 minggu. Kenapa bisa begitu, ya karena aku giat supaya bisa
cepet kelar dan keberuntungan aku berikutnya, kedua dosenku mudah ditemui dan
dengan senang hati, bahkan dosen pertama pernah bilang ‘kayaknya semangat
banget baru dua hari udah ngadep lagi’ tuh kan, dosen itu sebenernya sangat
memperhatikan kita, jadi ya sebisa kita untuk memanfaatkan situasi dan kondisi.
Untuk teman-temanku yang sangat susah untuk menemui dosen pembimbingnya, terus
semangat dan berhenti memasukkan kalimat ‘wajar lah aku lama, nemuin dosen aja
susah’ ke mindset kalian. Karena menurutku ini malah ngurangin semangat. Harusnya
itu dijadikan pacuan, karena gak cuma kalian, ada puluhan temen yang lagin yang
juga sedang berjuang.
Kembali ke proses aku sendiri,
aku cukup lama menunggu SK ujian proposalku keluar. Dua minggu kemudian aku
menghadap dan ternyata SK ku sudah ada namun ditahan oleh akademik dengan
alasan sebaiknya menunggu SK teman-teman yang lain dulu dan untuk bisa ujian
setidaknya aku harus nunggu 5 teman lagi, dan pada saat itu aku butuh 2 minggu
lagi untuk memenuhi kuota ujian proposalnya. Satu hari sebelum genap sebulan
akhirnya SK ku diserahkan dan nama dosen penguji sempet bikin degdegan,
jantungan, plus lemes. Ini dosen yang aku takutin untuk jadi pembimbing
kemarin. Kayak emang jodoh gitu harus ketemu.
Singkatnya, setelah jadwal ujian
keluar, aku harus nemuin dosen pembimbing dan dosen penguji tersebut untuk
meminta kehadiran mereka. Keberuntunganku selanjutnya, kedua dosen pembimbingku
bisa hadir dan dosen pengujiku ‘yang aku cemaskan’ tadi, tidak bisa hadir. Mau
cerita sedikit waktu aku tau kalo dosen penguji ini gak bisa dateng. Jadi
beliau adalah petinggi di kampusku, jadi jika ingin bertemu beliau, harus ke
rektorat kampus utama di Indralaya yang butuh waktu kurang lebih satu jam dari
kampusku. Setelah menemui dosen pembimbing pertamaku, aku berangkat ke
Indralaya dan setelah tiba di depan ruang dosen penguji, tidak ada orang di
dalam sana dan aku pun harus menunggu kurang lebih setengah jam sampai akhirnya
muncul seorang staf. Aku jelaskan tujuanku datang ke sana dan ketika beliau
bertanya kapan ujiannya dilaksanakan dan setelah aku menjawab ‘Hari Jum’at,
Pak’ beliau langsung berkata ‘Wah kalo Jum’at Bapak (dosen pengujiku) mau
berangkat ke NTB jadi kamu lapor ke jurusan ya minta diganti dosen pengujinya’ gak
lama setelah bilang makasih ke bapak yang ngasih info ini, aku gak bisa nahan
rasa lega dan seneng sampe saking girangnya jam tangan aku kelepas, melayang,
jatuh, dan ternyata retak, pemirsa. Jadi aku kayak ‘yes yes’ gitu ngepelin
tangan sambil digoyang-goyang. Kebanyang lah ya. Aku waktu itu gak sadar kalo
jam tanganku emang posisinya udah hampir lepas jadi ya gitu. kalo gak percaya
bisa liat foto ini, tuh backgroundnya masih di rektorat kampus Indralaya.
 |
tadinya mau dimasukin instagram stories tapi gak jadi karena mau rahasiain dulu dari temen-temen seperjuangan yang takut juga kalau beliau datang |
Dua hari setelah itu, yaitu hari
Jum’at, hari ujian proposalnya. Jadi sepanjang malem Jum’at sampe Jum’at siang
(ujiannya jam 2 siang) aku susah banget buat menghapal materi sampe akhirnya
bikin kopelan karena takut lupa dan masih banyak yang belum kuhapal di luar kepala.
Siangnya saat berangkat ke kampus dan masuk ke ruang ujian sudah ada dua
temanku dan 1 dosen pembimbing temenku tadi. Karena dosen pengganti untuk
mengujiku akan ditetapkan saat ujian dibuka, maka aku sempat berharap semoga
dosen inilah yang ditunjuk menjadi pengujiku. Kabarnya dosen ini merupakan
dosen yang paling santai kalo nguji dan selama kita bisa jawab dia gak bakal
bikin kita kesulitan. Keberuntungan buatku, harapanku terkabul karena pada saat
itu dosen pembimbingku sudah datang. Jadi, mahasiswa yang akan diuji tersebut
harus memiliki setidaknya satu dosen pembimbing yang hadir dan hanya aku yang
saat itu sudah memenuhi syarat, dan saat dosen moderator berkata ‘Pak, ini
Tutia pengujinya gak bisa datang, Bapak yang menggantikan ya?’ disitu aku kayak
dapet rezeki nomplok. Harapanku terkabul dan aku jadi pembuka karena dipilih
jadi yang pertama untuk seminar. Itu rasanya degdegan parah karena gak tau
harus gimana yang bagusnya. Karena di awal dosen pembimbing ku udah kasih tau
kalo cukup singkat saja aku pun gak terlalu banyak menjelaskan, hanya garis
besarnya saja dan itu gak sampe dua menit.
Kemudian masuk sesi tanya jawab
dosen pembimbingku sempet nanya karena beliau bilang dia lupa menanyakan ini
saat masih konsultasi. Lalu setelah aku menjawab pertanyaannya beliau nyeletuk
ke dosen pembimbing ku yang satunya kayak gini ‘Pak ini kan mahasiswa bimbingan
kita, jadi harusnya gak usah lah ya diuji lagi, udah bagus kan ya pas bimbingan’
sambil cengengesan dan ini sukses bikin dosen yang dipilih jadi pengujiku
tersenyum dan cuma memberiku dua pertanyaan. Jadi totalnya aku berdiri di depan
mungkin hanya sekitar 5-7 menitan. Siang itu lagi-lagi aku merasa sangat
beruntung, karena dapat dosen penguji pengganti yang baik dan dosen pembimbingku
hadir semua dan memudahkan ujianku. FYI, di antara 7 orang yang ujian, hanya
aku sendiri yang dosbingnya datang semua. Singkat cerita, aku cuma butuh
sedikit revisi dan sampe sekarang belum kumulai karena mau istirahat bentar
dari stresnya nungguin jadwal sempro dan cemasnya nungguin ujian dimulai.
Udah sih segitu aja, lumayan
panjang ya postingan kali ini. Sebenernya pengen ngepost karena pengen banget
share foto-foto kemaren. Kan gak enak kalo dibilang spam di instagram Hahaha.
Instagram cuma nampung satu foto, itu aja satu foto komennya banyak sekali.
 |
Kloter pertama yang sempro dari angkatan 2013 |
 |
cewek yang UP perdana! wkwkw |
 |
Yang kanan mau sempro juga, yang kiri masih berjuang di proposal! |
 |
Mukanya bahagia banget loh ya. Mungkin karena saking leganya.. |
 |
Ayangkuh, buruan kejer kami sempro dong ya!! |
 |
Nyusul ya biar cepet ngerasain hepinya! |
 |
Yang mau sempro juga, semangat!! |
 |
Btw, ini pemilik baju yang aku pake. Iya itu baju minjem. wkwkw |
 |
Semangat cari objek ya emak kami :D biar cepet sempro jugak! |
 |
Selfie juga dongss |
 |
+ mahasiswa bimbingan dosen yang hampir jadi penguji aku. Semangat terus ya! |
 |
Suka aja sama senyumnya hahaha |
 |
Yang di upload di instagram dong:)) Foto pertama yang komennya banyak banget ._. |
 |
dan yang paling istimewa, makasih buat bunganya kesayanganku :D
|
Well, this is end of my post. Terima kasih untuk semuanya yang udah bantuin proses ujian semproku. Semoga proses selanjutnya dilancarin biar target dapet toga berikut predikat "LULUS TERCEPAT DENGAN PUJIANNYA" bisa tercapai. Aamiin. Thank you for reading, yaa! Bye :)))
semangat kakak wkwkwkwk
BalasHapusterima kasih adikss. kamu juga yg semangat yaaah kuliahnya
Hapussemangat terus dek
BalasHapusthank you kak
Hapus