Senin, 14 September 2015

Akhirnya..

Perasaan ini berawal dari Juli 2013, ya, dua tahun sudah berlalu. Sudah banyak curahan hatiku tentang rasa itu di catatan digitalku ini. Jika kalian ingin tahu, kalian bisa membuka label "curcol". Awal mula aku mencurahkannya pada "Ada Rasa yang tak Biasa" lalu kulanjutkan dengan "Puisi cinta dalam diam". Berlanjut lagi, aku menulis "Tuhan, tolong baca ini" dan "Mungkinkah kau juga mengingat ini?". Ketika liburan datang, aku menulis "Rindu" dan terakhir di kala aku mulai menyadari kebodohanku, aku menulis "Apa kabar, Hati?"


Jika kalian adalah pembaca setiaku, kalian pasti tau persis bahwa tulisan-tulisan itu untuk satu orang yang sama. Setelah dua tahun lebih memendam perasaan aneh ini, akhirnya aku tau apa yang harus aku lakukan sekarang. Aku telah membuang percuma banyak waktuku. Andai saja aku berani mengungkapkan, mungkin rasa sakitnya tidak berlipat. Tapi apa daya, aku tak punya nyali. Semua teman dekat menyarankan agar aku segera melupakan dia. Dua tahun, akhirnya aku mempunyai alasan yang kuat untuk melepasnya. Bukan, bukan melepas kepergian dia, tapi melepaskan perasaan yang bila aku pertahankan, pasti makin membuatku merasakan apa yang orang-orang panggil 'sakit hati'. 

Harusnya dari awal aku tau jika ia telah mengetahui perasaanku namun hanya berpura-pura tidak tau. Mereka yang menyayangiku seringkali mengatakan "sangat tidak mungkin ia tidak mengetahui perasaanmu padanya. Dari sorot matamu memandangnya saja sudah terlihat sekali kau mencintainya" Oh Tuhan betapa bodohnya. Mengapa aku tak pernah percaya pada kata-kata sahabatku. Logikanya, jika kau mengetahui ada orang yang mencintaimu, kau harus memilih, membalas cintanya atau memintanya untuk melupakanmu. Tapi dia, tidak melakukan keduanya. Ia hanya diam, bertingkah pura-pura tidak tahu, yang artinya mengizinkanku untuk terus mencintainya tanpa tau kapan harus berhenti. 

Memang tak sepenuhnya ia bersalah. Ia pasti punya alasan melakukannya. Ia pasti punya alasan mengapa ia lebih rela dianggap lelaki yang tak punya perasaan, tak peka jika kata anak muda sekarang. Salahku kenapa tak pernah berani mengungkapkan. Coba saja jika aku berani, setidaknya aku akan mendapat perlakuan berbeda selanjutnya, seperti ia menjauh mungkin. Jika sudah begitu, pastinya aku akan tau jika ia tidak bisa membalas cintaku. Bukan, aku bukan ingin menjadi kekasihnya. Tak ingin menjalin hubungan ynag disebut orang pacaran. Aku hanya ingin menyatakan cinta tapi apa daya semua ternyata begitu sulit untuk dilakukan. 

Dua tahun, sudah begitu banyak cinta yang kuabaikan karena satu orang ini berdiri di hatiku, lama, tak mau pergi. Sulit melupakan perasaan ini padanya. Sulit melepasnya walaupun sudah sering hatiku tersakiti. Iya, tersakiti tanpa sengaja. Karena melihatnya bercanda tawa dengan wanita lain saja aku cemburu. Tapi aku sangat bersyukur, kini semuanya terasa biasa. Tuhan telah membalik hatiku. Tuhan yang baik, tak pernah mau melihat hamba-Nya yang pernah menangis di sepertiga malam, hanya karena meminta hatinya dikuatkan karena seorang lelaki yang tak bisa membalas cintanya. 

Tuhan membuat hatiku bisa melupakan segala perasaanku padanya. Tuhan menyadarkanku bahwa apapun yang terjadi, apapun yang kurasakan, adalah yang terbaik untukku. Mungkin rasa sakit yang sering kurasakan itu adalah latihan untuk kehidupanku di masa mendatang. Kini yang kutau, saat aku melihat lelaki itu, jantungku tak berdegup kencang(lagi). Saat mata ini tak sengaja menatap matanya, tak ada aliran darah yang tiba-tiba mengalir dengan derasnya. Tak ada lagi, tanda-tanda aneh di semua bagian tubuh. Aku sudah berhasil. Aku sudah berhasil meyakinkan hati bahwa bukan sekarang jika ingin merasakan cinta yang hakiki. Aku harus menunggu hingga waktunya benar-benar telah tiba, dan lelaki yang sudah disiapkan Tuhan untukku datang menghadap ayahku.

Aku bahagia aku tak perlu meminimalisir pertemuan untuk menghindari perasaanku tumbuh kembali. Aku bisa merasakan perasaan aneh yang mungkin adalah cinta itu sudah pergi dari hatiku. Aku bisa merasakan kini bahwa cintaku pada Tuhanku tak lagi kuduakan. Aku percaya janji Tuhan bahwa jika aku terus memantaskan diri, aku akan mendapatkan yang juga pantas dan yang terbaik. Jika yang seperti lelaki ini saja aku suka, apalagi yang lebih baik dari ini? 

Kini aku sudah tau akhir dari cerita cinta ini. Aku sama sekali tak menyesali perasaanku padanya. Karena tak bisa kupungkiri, perasaan ini juga banyak membuatku bahagia dan membuat hidupku lebih berwarna. Aku hanya bisa berharap, semoga kebodohan ini tak lagi kuulangi. Menyimpan perasaan cinta pada makhluk-Nya tanpa mencintai penciptanya yang maha membolak-balikan hati. Nanti, jika aku tenyata harus jatuh cinta lagi, aku harap aku hanya jatuh cinta pada pemilik nama yang sudah tertulis di Lauhul Mahfudz untukku. Yang sudah pasti juga akan mencintaiku dengan sepenuh hatinya. Menjagaku, menyayangiku dan bersamanya, surga terasa dekat. Aamiin. 

13 komentar:

Jadilah blogwalker yg baik dan jangan jadi silent reader.. Berkomentarlah sebelum diharamkan.. No Spamming, No SARA. karena udah aku setting NO CAPTCHA :* (@tutiarahmi_)